Kamis, 14 Oktober 2010

Faculty of Industrial Engineering


Dalam dunia kerja, korelasi antara berbagai disiplin ilmu dituntut untuk tertata sedemikian rupa agar proses produksi dapat berjalan. Artinya, korelasi ini wajib ada dan tidak mungkin tidak ada. Proses produksi tidak dapat terlaksana jika hanya ada satu disiplin ilmu saja. Produksi di sini memiliki konteks menghasilkan barang atau jasa.
Tiga jurusan yang berada di bawah Fakultas Teknologi Industri, yaitu Teknik Industri, Teknik Kimia, dan Teknik Fisika merupakan tiga disiplin ilmu yang berperan penting dalam suatu proses produksi dan memiliki keterkaitan satu sama lain. Keterkaitan ketiganya tidak dilihat dari “di mana ahli ketiga teknik ini bekerja” namun “aspek keahlian apa yang dimiliki ahli ketiga teknik ini”.
Aspek yang menjadi bagian keahlian Teknik Industri adalah menjembatani antara sains dan teknik secara umum, antara teknik dengan sosial, dan antara pencapaian hasil produksi dengan efisiensi produksi. Seorang Teknik Industri dapat dikatakan memiliki wawasan yang lebih umum karena peranannya dalam mengelola berbagai disiplin ilmu agar tercapai proses produksi yang efisien dan tetap memperhatikan aspek sosial.
Teknik Kimia lebih terfokus pada bagian yang berhubungan dengan suatu proses kimia, biasanya berupa reaksi-reaksi kimia. Tugas seorang Teknik Kimia adalah mengusahakan agar suatu proses kimia dapat bernilai manfaat dan bernilai jual di lingkungan masyarakat, dengan memperhatikan faktor keamanan, kesehatan, dan efisiensi produksi proses tersebut.
Teknik Fisika berperan dalam menerjemahkan ilmu fisika ke dalam bentuk aplikasi teknik. Aspek yang menjadi bagian dari Teknik Fisika adalah instrumentasi dan kontrol, akustik, fisika bangunan, dan material. Kata kunci dari peranan Teknik Fisika adalah memenuhi kebutuhan fisis dalam suatu produksi agar dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan.
Ketiga Teknik ini akan lebih nyata keterkaitannya dalam suatu bentuk industri atau pabrik. Teknik Industri lebih berperan di wilayah pengelolaan organisasi, Teknik Kimia dalam proses kimia, dan Teknik Fisika dalam pemenuhan kebutuhan fisis.
Sumber : berbagai data perkuliahan Pengenalan Teknologi Industri ITB



3. PERAN PROFESI TEKNIK INDUSTRI DI MASA DEPAN
Begitu Luasnya ruang lingkup yang bisa dirambah untuk mengaplikasikan keilmuan teknik industri — walaupun begitu yang masih patut diingat kesemuanya harus tetap berlandaskan ilmu-ilmu fisika, matematika dan sosial-ekonomis — membawa persoalan sendiri bagi profesiona teknik industri (industrial engineer ) pada saat mereka harus menjelaskan secara tepat ” what should we do and where should we work?”.
Pertanyaan ini sebetulnya tidak mudah di jawab secara singkat, jelas dan memuaskan mereka yang masih awam dengan keilmuan teknik industri. Kenyataan yang sering dihadapi adalah bahwa seorang yang berlatar-belakang keilmuan teknik industri sering berada dan bekerja dimana-mana mulai dari lini operasional sampai ke lini manajerial. Seorang profesional teknik industri seringkali membanggakan kemampuan dirinya dalam hal merancang dan mengembangkan konsep-konsep yang berwawasan sistem dengan pendekatan yang bersifat komperhensif-integral. Pola pikir dan pola tindak yang berwawasan sistem inilah yang mungkin menjadi “strong basic” dari seorang profesional teknik industri dimasapun dia berada atau bekerja. Beberapa indifidu yang sukses didalam meningkatkan kinerja perusahaan merasakan betul bagaimana disiplin teknik industri telah mampu menjawab persoalan-persoalan yang dihadapinya. Herm Reininga — adalah President dari Collins Avionices and Comunications Division (CACD),— USA — adalah salah satu contoh manager yang sukses membawa seluruh aktifitas manufactuing CACD selama lebih dari satu dekade, karena latar belakang profesi teknik industri yang dimilikinya. Pada saat ditanyakan kiat kunci sukses yang diraihnya, Reininga menyatakan “…. The industrial engineering dagree gave me a system that the other didn’t have. It gave me the ability to statistically analzed products and processes” (Boggs,1997). Hal yang senada dengan Reininga juga dinyatakan oleh susan Story — Vice President dari Albama Power Co. — seorang yang berlatar belakang pendidikan formalnya sebagai nuclear engineer, tetapi merasakan bahwa sukses karier yang dicapainya lebih banyak ditunjang oleh keikutsertaanya didalam mengikuti “IE training ” pada berbagai kesempatan yang dimilikinya. Pada saat menceritakan kiat-kiat suksesnya , Story menyatakan antara lain ” … a background in industrial engieenering gives you a creadibility you can’t get otherwise. Industrial engineering combines the technical skill with the people skill and some business-type skills that proven to be important in project management and people management ….”(Boggs, 1996) Kiat-kiat meriah sukses didalam merintis karier seseorang karena ilmu-ilmu TI yang dikuasai, tentunya masih banyak lagi yang bisa diperoleh dari berbagai kisah meraih sukses seseorang. Hal tersebut tidak hanya dijumpai di LN, melainkan bisa juga bisa dipetik dari apa yang pernah dinyatakan oleh seorang Cacuk Sudariyanto — yang berlatar belakang pendidikan formalnya sebagai insinyur pertambangan ITB — pada saat mendongkrak kinerja PT. Telekomunikasi Indonesia bergerak ke arah bisnis global. Dalam pernyataanya didepan peserta kongres dan seminar ITSMI sekitara awal tahun 1990-an dan berbagai kesempatan lainnya, Cacuk menyatakan “kekagumannya” dengan ilmu-ilmu TI yang ternyata cukup efektif dalam memecahkan permasalahan manajemen industri. Begitu pula bagaimana seorang Kuntoro Mangkusubroto dengan latar belakang permasalahan yang kuat bidang operation research dan manajemen industri lainnya mampu melepaskan PT. Timah yang nyaris ambruk sampai menjadi sebuah perusahaan yang sehat. Meskipun pada saat itu orang belum mengenal konsep mengenai “reegineering” , akan tetapi apa yang telah dilakukan oleh kedua sarjana teknik tersebut betul-betul memberikan konstribusi nyata akan peranan disiplin dan profesi teknik indusri didalam “revitalisasi” kinerka perusahaan. Tantangan global yang membawa dampak kearah suasana persaingan yang lebih keras, tentu saja akan memberikan nuansa perubahan san pradigma baru yang harus mampu diantisipasi oleh seorang manajer perusahaan mulai dari lini produksi/operasional sampai ke lini penentu kebijaksanaan dan pengambil keputusan strategis. Menghadapi situasi semacam ini tentu saja diperlukan seorang majer industri yang memiliki bekal kuat yang tidak saja menguasai kemampuan-kemampuan teknis operasional (enginereering design/processes) ; tetapi juga harus menguasai dengan baik kemampuan mengenai persoalan manusia (human skill), selain juga kemampuan didalam memformulasikan da melahirkan konsep-konsep baru yang secara efektif-efisien bisa memberikan terobosan dalam memecahkan permasalahan industri yang semakin kompleks dan penuh dengan ketidakpastian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar