Kamis, 04 November 2010

Metabolisme

Metabolisme merupakan reaksi kimia yang terjadi di dalam sel. Segala aktivitas yang kita lakukan memerlukan energi yang dihasilkan dari proses kimia di dalam tubuh. Kumpulan reaksi kimia yang terjadi dalam metabolisme memerlukan enzim untuk mempercepat laju reaksi. Energi dibutuhkan untuk melakukan aktivitas kehidupan, baik tingkat seluler seperti pembelahan sel, maupun tingkat individu seperti bermain bola, membaca, berjalan, dan sebagainya. Oleh karena itu, sebelum lebih jauh membahas metabolisme terlebih dahulu kita membahas enzim.

ENZIM
Enzim adalah biomolekul berupa protein yang berfungsi sebagai katalis (senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi kimia organik. Molekul awal yang disebut substrat akan dipercepat perubahannya menjadi molekul lain yang disebut produk. Jenis produk yang akan dihasilkan bergantung pada suatu kondisi/zat, yang disebut promoter. Semua proses biologis sel memerlukan enzim agar dapat berlangsung dengan cukup cepat dalam suatu arah lintasan metabolisme yang ditentukan oleh hormon sebagai promoter.
KOMPONEN ENZIM
Enzim tersusun dari komponen protein yang disebut apoenzim. Beberapa enzim memerlukan komponen nonprotein untuk membantu aktivitas enzim, yang disebut kofaktor. Kofaktor berupa ion organic disebut koenzim.
Cara enzim bekerja adalah dengan membentuk senyawa enzim-substrat, kemudian menghasilkan suatu produk tanpa merubah senyawa enzim itu sendiri, setelah produk terbentuk maka enzim akan melepaskan diri untuk membentuk senyawa baru dengan substrat yang lain.
Ada 2 (dua) cara kerja enzim :
1. Lock and key (gembok dan anak kunci)
Setiap enzim memiliki sisi aktif yang tersusun dari sejumlah asam amino. Bentuk sisi aktif ini sangat spesifik, sehingga hanya molekul dengan bentuk tertentu yang dapat menjadi substrat bagi enzim.
• Induced fit (induksi pas)
Sisi aktif enzim merupakan bentuk yang tidak kaku (fleksibel). Ketika substrat memasuki sisi aktif enzim, bentuk sisi aktif berubah bentuk sesuai dengan bentuk substrat kemudian terbentuk kompleks enzim-substrat. Pada saat produk sudah terlepas dari kompleks, maka enzim lepas dan kembali bereaksi dengan substrat yang lain.
Enzim bekerja dengan cara mengkatalis reaksi sehingga meningkatkan kecepatan reaksi yang dilakukan dengan menurunkan energi aktivasi (energi yang dibutuhkan untuk reaksi).


Sifat-Sifat Enzim :
1. Enzim adalah Protein
Sebagai protein enzim memiliki sifat seperti protein, yaitu sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, seperti suhu, pH, konsentrasi substrat). Jika lingkungannya tidak sesuai, maka enzim akan rusak atau tidak dapat bekerja dengan baik.
2. Bekerja secara khusus/spesifik
Setiap enzim memiliki sisi aktif yang sesuai hanya dengan satu jenis substrat, artinya setiap enzim hanya dapat bekerja pada satu substrat yang cocok dengan sisi aktifnya.
3. Berfungsi sebagai katalis
Meningkatkan kecepatan reaksi kimia tanpa merubah produk yang diharapkan tanpa ikut bereaksi dengan substratnya, dengan demikian energi yang dibutuhkan untuk menguraikan suatu substrat menjadi lebih sedikit.
4. Diperlukan dalam jumlah sedikit
Reaksi enzimatis dalam metabolisme hanya membutuhkan sedikit sekali enzim untuk setiap kali reaksi.
5. Bekerja bolak-balik
Enzim tidak mempengaruhi arah reaksi, sehingga dapat bekerja dua arah (bolak-balik). Artinya enzim dapat menguraikan substrat menjadi senyawa sederhana, dan sebaliknya enzim juga dapat menyusun senyawa-senyawa menjadi senyawa tertentu.
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KERJA ENZIM :
a. Suhu = pada suhu yang lebih tinggi, kecepatan molekul substrat meningkat, sehingga pada saat bertumbukan dengan enzim, energy molekul substrat berkurang.
b. Air
c. pH = Derajat keaasaman juga mempengaruhi aktivitas enzim. Perubahan kondisi asam dan basa di sekitar molekul enzim mempengaruhi bentuk tiga dimensi enzim dan dapat menyebabkan denaturasi enzim. pH tergantung pada lokasi enzim yang bersangkutan

d. Konsentrasi enzim
Kecepatan proses pembentukan atau penguraian molekul subtrat mengikuti konsentrasi enzim.

e. Inhibitor
Inhibitor dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu inhibitor kompetitif dan inhibitor non-kompetitif. Inhibitor kompetitif menghambat kerja enzim dengan cara menempati sisi aktif enzim sehingga substrat tidak dapat berikatan dengan enzim. Inihibitor ini dapat dihilangkan dengan penambahan konsentrasi sustrat. Adapun inhibitor non-kompettif bekerja dengan cara menempati bagian lain dari permukaan enzim sehingga dapat mengubah sisi aktifnya. Inhibitor ini dapat dihilangkan dengan penambahankonsentrasi substrat.







METABOLISME
s
ebelumnya kita sudah mengetahui definisi dari metabolisme itu sendiri, yakni seluruh rangkaian reaksi kimia yang terjadi dalam sel.
Berdasarkan tujuannya, metabolisme dibedakan menjadi katabolisme dan anabolisme. Katabolisme adalah rangkaian reaksi kimia yang substrat awalnya adalah molekul besar dan produk akhirnya adalah molekul kecil.

Penguraian makromolekul menjadi mikromolekul
Sedangkan anabolisme adalah rangkaian reaksi kimia yang substrat awalnya adalah molekul kecil dan produk akhirnya adalah molekul besar. Dengan kata lain anabolisme adalah rangkaian yang bertujuan untuk penyusunan atau sintesis molekul.
Salah satu contoh proses metabolisme adalah katabolisme dan anabolisme karbohidrat. Berikut ini diuraikan proses katabolisme dan anabolisme karbohidrat serta keterkaitan antara kedua proses tersebut.
KATABOLISME KARBOHIDRAT
Katabolisme karbohidrat meliputi proses pemecahan polisakarida menjadi monosakarida san pemakaian glukosa (monosakarida) dalam proses respirasi untuk menghasilkan energy dalam bentuk ATP. Adenosine trifosfat inilah yang digunakan oleh seluruh makhluk hidup untuk melakukan seluruh aktivitas kehidupan.
PEMAKAIAN GLUKOSA (MONOSAKARIDA) PADA RESPIRASI DALAM SEL
Glukosa yang telah dipecah dalam saluran pencernaan, selanjutnya digunakan sebagai substrat dalam proses respirasi. Respirasi merupakan cara sel untuk mendapatkan energy dalam bentuk ATP dan energy electron tinggi (NADH2 dan FADH2)
Terdapat dua jenis respirasi, yaitu respirasi aerob dan aerob.
Respirasi aerob
Respirasi aerob merupakan peristiw pembakaran zat yang melibatkan oksigen dari pernafasan. Oksigen akan digunakan sebagai penerima electron terakhir dalam pembentukan ATP. Respirasi pada tingkat organism berupa pertukaran oksigen dengan karbondioksida dalam alveolus paru-paru. Secara singkat reaksi yang terjadi pada respirasi aerob adalah sebagai berikut :
C6H12O6 + 6O2 6CO2 + H2O + 36 ATP
glukosa Oksigen Karbon Dioksida air energy
Respirasi aerob terjadi dalam 4 tahap, yaitu GLIKOLISIS, DEKARBOKSILASI OKSIDATIF, SIKLUS KREBS, DAN SISTEM TRANSPOR ELEKTRON.
PROSES RESPIRASI PADA TINGKAT SEL 

 GLIKOLISIS
Glikolisis terjadi di dalam sitoplasma sel. Pada tahap glikolisis terjadi 2 langkah reaksi, yaitu langkah memerlukan energy dan melepaskan energy. Saat langkah memerlukan energy, 2 molekul ATP diperlukan unutk mentransfer gugus fosfat ke glukosa sehingga glukosa memiliki simpanan energy yang lebih tinggi. Energi ini diperlukan untuk realsi selanjutnya , yaitu pelepasan energy. Jadi dapat disimpulkan bahwa glikolisis adalah reaksi pelepasan energi yang memecah 1 molekul glukosa menjadi 2 molekul asam piruvat, 2 NADH dan 2 ATP.


TAHAPAN GLIKOSIS
 Dekarboksilasi oksidatif
Setelah glikolisis terjadi reaksi antara. (dekarboksilasi oksidatif), yaitu pengubahan asam piruvat menjadi 2 asetil KoA sambil menghasilkan CO2 dan 2NADH2 yang reaksinya adalah :

2 NAD+ + 2 NADH2 2(C3H4O3) 2 (C3H3O) – Asetil - KoA + 2CO2
Perubahan asam piruvat menjadi asetil KoA merupakan persimpangan jalan untuk menuju berbagai biosintesis yang lain. Asetil KoA yang terbentuk kemudian memasuki siklus krebs.

TAHAP DEKARBOKSILASI OKSIDATIF
 Siklus Krebs
Siklus krebs merupakan tahap siklus asam sitrat. Tahap awal siklus Krebs adalah 2 molekul asam piruvat yang dibentuk pada saat glikolisis meninggalkan sitoplasma menuju matriks mitokondria. Selama reaksi dilepaskan 3 molekul karbondioksida, 4 NADH, 1 FADH2 (flavin adenine dinukleotida hydrogen, dan 1 ATP. Reaksi ini terjadi 2 kali karena pada glikolisis, glukosa dipecah menjadi 2 molekul asam piruvat.



 Sistem transport electron
 Energi yang terbentuk dari peristiwa glikolisis dan siklus Krebs ada dua macam. Pertama, dalam bentuk ikatan fosfat berenergi tinggi, yaitu ATP atau GTP (guanosin trifosfat). Energi ini merupakan energi siap pakai yang langsung dapat digunakan. Kedua, dalam bentuk elektron, yaitu NADH dan FAD (flavin adenin dinukleotida) dalam bentuk FADH2. Kedua macam sumber elektron ini dibawa ke sistem transpor elektron.
 Proses transpor elektron ini sangat kompleks. Pada dasarnya, elektron dan H+ dari NADH dan FADH2 dibawa dari satu substrat ke substrat lain secara berantai. Pembawa elektron dalam transpor elektron antara lain protein besi- sulfur (FeS) dan sitokrom. Selain itu terdapat pula senyawa ubikuinon yang bukan protein. Setiap kali dipindahkan, energi yang terlepas digunakan untuk mengikatkan fosfat anorganik (P) ke molekul ADP sehingga terbentuk ATP. Pada bagian akhir terdapat oksigen (O2) sebagai penerima (akseptor), sehingga terbentuklah H2O.

system transport elektron
Reaksi anaerob
Respirasi anaerob merupakan respirasi yang tidak menggunakan oksigen sebagai penerima elektron akhir pada saat pembentukan ATP. Respirasi anaerob juga menggunakan glukosa sebagai substrat. Reaksi anaerob merupakan reaksi fermentasi.


• Fermentasi Asam Laktat
Fermentasi asam laktat yaitu fermentasi dimana hasil akhirnya adalah asam laktat. Peristiwa ini dapat terjadi di otot dalam kondisi anaerob.

Reaksinya: C6H12O6 ————> 2 C2H5OCOOH + Energi
enzim

Prosesnya :

1. Glukosa ————> asam piruvat (proses Glikolisis).
enzim
C6H12O6 ————> 2 C2H3OCOOH + Energi

2. Dehidrogenasi asam piravat akan terbentuk asam laktat.
2 C2H3OCOOH + 2 NADH2 ————> 2 C2H5OCOOH + 2 NAD
piruvat
dehidrogenasa

Energi yang terbentak dari glikolisis hingga terbentuk asam laktat :
8 ATP — 2 NADH2 = 8 - 2(3 ATP) = 2 ATP.
Tahapan fermentasi asam laktat


 Fermentasi alkohol
Pada beberapa mikroba peristiwa pembebasan energi terlaksana karena asam piruvat diubah menjadi asam asetat + CO2 selanjutaya asam asetat diabah menjadi alkohol.
Dalam fermentasi alkohol, satu molekul glukosa hanya dapat menghasilkan 2 molekul ATP, bandingkan dengan respirasi aerob, satu molekul glukosa mampu menghasilkan 38 molekul ATP.

Reaksinya :

1. Gula (C6H12O6) ————> asam piruvat (glikolisis)
2. Dekarbeksilasi asam piruvat.

Asampiruvat ————————————————————> asetaldehid + CO2.
piruvat dekarboksilase (CH3CHO)
3. Asetaldehid oleh alkohol dihidrogenase diubah menjadi alkohol
(etanol).
2 CH3CHO + 2 NADH2 —————————————————> 2 C2HsOH + 2 NAD.
alkohol dehidrogenase
enzim
Ringkasan reaksi : C6H12O6 —————> 2 C2H5OH + 2 CO2 + 2 NADH2 + Energi

Fermentasi alkohol dan tahapannya

ANABOLISME KARBOHIDRAT
Anabolisme adalah rangkaian reaksi kimia yang substrat awalnya adalah molekul kecil, dan prosuk akhirnya adalah molekul besar. Dengan kata lain anabolisme adalah rangkaian reaksi yang bertujuan untuk penyusunan atau sintesis suatu molekul. Contoh anabolisme karbohidrat adalah fotosintsis pada tumbuhan dengan bantuan cahaya matahari.


F
OTOSINTESIS
ADALAH REAKSI PEMBENTUKAN ZAT ORGANIK (GLUKOSA) DARI CO2 DAN H2O DENGAN CAHAYA MATAHARI SEBAGAI SUMBER ENERGI.
Tempat terjadinya Fotosintesis adalah di dalam kloroplas. Kloroplas merupakan organel plastid yang mengandung pigmen hijau daun klorofil.
Kloroplas tersusun dari bagian bagian sebagai berikut :
Stroma
Stroma merupakan struktur kosong di dalam kloroplas. Stroma juga merupakan tempat glukosa terbentuk dari karbon dioksida dan air.
Tilakoid
Tilakoid merupakan struktur cakram yang terbentuk dari pelipatan membrane dalam kloroplas. Membran tilakoid menangkap energi cahaya dan mengubahnya menjadi energi kimia

Grana
Merupakan satu tumpuk tilakoid.
Jalannya reaksi fotosintesis


 Jadi, secara umum fotosintesis terbagi menjadi dua tahap reaksi:
1.Reaksi Terang, yang membutuhkan cahaya
2.Reaksi Gelap, yang tidak membutuhkan cahaya
REAKSI TERANG
• Tahap pertama dari system fotosintesis adalah reaksi terang
• Reaksi ini memerlukan molekul air
• Reaksi ini sangat bergantung kepada ketersediaan sinar matahari.
• Proses diawali dengan penangkapan foton oleh pigmen sebagai antena.
• Sinar matahari yang berupa foton yang terbaik adalah sinar merah dan ungu
• Pigmen klorofil menyerap lebih banyak cahaya terlihat pada warna ungu (400-450 nanometer) dan merah (650-700 nanometer) dibandingkan hijau (500-600
nanometer). Cahaya hijau ini akan dipantulkan dan ditangkap oleh mata kita
sehingga menimbulkan sensasi bahwa daun berwarna hijau.
• Fotosintesis akan menghasilkan lebih banyak energi pada gelombang cahaya dengan panjang tertentu. Hal ini karena panjang gelombang yang pendek menyimpan lebih banyak energi.
• Di dalam daun, cahaya akan diserap oleh molekul klorofil untuk dikumpulkan pada pusat-pusat reaksi
• Reaksi ini melibatkan beberapa kompleks protein dari membran tilakoid berupa pigmen yang terdiri dari sistem cahaya yang disebut fotosistem
• Dua jenis pigmen yang berfungsi aktif sebagai pusat reaksi atau fotosistem yaitu fotosistem II dan fotosistem I.
• fotosistem I dan II sebagai sistem pembawa elektron
• Fotosistem terdapat perangkat komplek protein pembentuk ATP berupa enzim ATP sintase.
• Fotosistem II terdiri dari molekul klorofil yang menyerap cahaya dengan panjang
gelombang 680 nanometer,
• sedangkan fotosistem I 700 nanometer.
• Kedua fotosistemini akan bekerja secara simultan dalam fotosintesis, seperti dua baterai dalam senter yang bekerja saling memperkuat.
• Fotosintesis dimulai ketika cahaya mengionisasi molekul klorofil pada fotosistem II(P.680)

• Fotosistem II melepaskan elektron yang akan ditransfer sepanjang rantai transpor
elektron.
• Energi dari elektron ini digunakan untuk fotofosforilasi yang menghasilkan ATP , satuan pertukaran energi dalam sel.
• Reaksi ini menyebabkan fotosistem II mengalami defisit atau kekurangan elektron yang harus segera diganti.
• Pada tumbuhan dan alga, kekurangan elektron ini dipenuhi oleh elektron dari hasil ionisasi air yang terjadi bersamaan dengan ionisasi klorofil.
• Hasil ionisasi air ini adalah elektron dan oksigen.
• Oksigen dari proses fotosintesis hanya dihasilkan dari air, bukan dari karbon dioksida
• Pada saat yang sama dengan ionisasi fotosistem II, cahaya juga mengionisasi fotosistem I, melepaskan elektron yang ditransfer sepanjang rantai transpor elektron yang akhirnya mereduksi NADP menjadi NADPH
• Jadi P 700 ( Photosistem I ) menhasilkan NADPH2 , sedang Phoyosistem II (P 680) menghasilkan Oksigen dan ATP
• Reaksi terang mengubah energi cahaya menjadi energi kimia, juga menghasilkan oksigen dan mengubah ADP dan NADP+ menjadi energi pembawa ATP dan NADPH2.
• ATP dan NADPH2 inilah yang nanti akan digunakan sebagaienergi dalam reaksi gelap
• Reaksi terang terjadi di tilakoid, yaitu struktur cakram yang terbentuk dari pelipatan membran dalam kloroplas.
• Membran tilakoid menangkap energi cahaya dan mengubahnya menjadi energi kimia. Jika ada bertumpuk-tumpuk tilakoid, maka disebut grana
Fotofosforilasi Siklik
Reaksi fotofosforilasi siklik adalah reaksi yang hanya melibatkan satu fotosistem, yaitu fotosistem I. Dalam fotofosforilasi siklik, pergerakan elektron dimulai dari fotosistem I dan berakhir di fotosistem I.

• Pertama, energi cahaya, yang dihasilkan oleh matahari, membuat elektron-elektron di P700 menjadi aktif karena rangsangan dari luar
• elektron yang terbentuk itu kemudian keluar menuju akseptor elektron primer kemudian menuju rantai transpor elektron.
• Karena P700 mentransfer elektronnya ke akseptor elektron, P700 mengalami defisiensi elektron dan tidak dapat melaksanakan fungsinya.
• Selama perpindahan elektron dari akseptor satu ke akseptor lain, selalu terjadi transformasi hidrogen bersama-sama elektron pada fotosistem P 700 itu
• Rantai transpor ini menghasilkan gaya penggerak proton, yang memompa ion H+ melewati membran, yang kemudian menghasilkan gradien konsentrasi yang dapat digunakan untuk menggerakkan sintase ATP selama kemiosmosis, yang kemudian menghasilkan ATP.
• Dari rantai transpor, elektron kembali ke fotosistem I. Dengan kembalinya elektron ke fotosistem I, maka fotosistem I dapat kembali melaksanakan fungsinya lagi
• Fotofosforilasi siklik terjadi pada beberapa bakteri, dan juga terjadi pada semua organisme fotoautotrof.
Fotofosforilasi Nonsiklik
Reaksi fotofosforilasi nonsiklik adalah reaksi dua tahap yang melibatkan dua fotosistem klorofil yang berbeda, yaitu fotosistem I dan II. Dalam fotofosforilasi nonsiklik, pergerakan elektron dimulai di fotosistem II, tetapi elektron tidak kembali lagi ke fotosistem II.

• Mula-mula, molekul air diurai menjadi 2H+ + 1/2O2 + 2e-.
• Dua elektron dari molekul air tersimpan di fotosistem II,
• Sedang ion H+ akan digunakan pada reaksi yang lain
• dan O2 akan dilepaskan ke udara bebas.
• Karena tersinari oleh cahaya matahari, dua elektron yang ada di P680 menjadi tereksitasi dan keluar menuju akseptor elektron primer.
• Setelah terjadi transfer elektron, P680 menjadi defisiensi elektron, tetapi dapat cepat dipulihkan berkat elektron dari hasil penguraian air tadi.
• Setelah itu mereka bergerak lagi ke rantai transpor elektron, yang membawa mereka melewati pheophytin, plastoquinon, komplek sitokrom b6f, plastosianin, dan akhirnya sampai di fotosistem I, tepatnya di P700.
• Perjalanan elektron diatas disebut juga dengan "skema Z".
• Sepanjang perjalanan di rantai transpor, dua elektron tersebut mengeluarkan energi untuk reaksi sintesis kemiosmotik ATP, yang kemudian menghasilkan ATP.
• Sesampainya di fotosistem I, dua elektron tersebut mendapat pasokan tenaga yang cukup besar dari cahaya matahari.
• Kemudian elektron itu bergerak ke molekul akseptor, feredoksin, dan akhirnya sampai di ujung rantai transpor, dimana dua elektron tersebut telah ditunggu oleh NADP+ dan H+, yang berasal dari penguraian air.
• Dengan bantuan suatu enzim bernama Feredoksin-NADP reduktase, disingkat FNR, NADP+, H+, dan elektron tersebut menjalani suatu reaksi:
• NADP+ + H+ + 2e- —> NADPH
• NADPH, sebagai hasil reaksi diatas, akan digunakan dalam reaksi Calvin-Benson, atau reaksi gelap.
Fotofosforilasi siklik dan fotofosforilasi nonsiklik memiliki perbedaan yang mendasar, yaitu sebagai berikut
FOTOFOSFORILASI SIKLIK FOTOFOSFORILASI NONSIKLIK
Hanya melibatkan fotosistem I Melibatkan fotosistem I dan II
Menghasilkan ATP Menghasilkan ATP dan NADPH
Tidak terjadi fotolisis air Terjadi fotolisis air untuk menutupi kekurangan elektron pada fotosistem II

Reaksi Gelap
• Reaksi gelap merupakan reaksi lanjutan dari reaksi terang dalam fotosintesis.
• Reaksi ini tidak membutuhkan cahaya. Reaksi gelap terjadi pada bagian kloroplas yang disebut stroma.
• Bahan reaksi gelap adalah ATP dan NADPH, yang dihasilkan dari reaksi terang, dan CO2, yang berasal dari udara bebas.
• Dari reaksi gelap ini, dihasilkan glukosa (C6H12O6), yang sangat diperlukan bagi reaksi katabolisme.
• Reaksi ini ditemukan oleh Melvin Calvin dan Andrew Benson, karena itu reaksi gelap disebut juga reaksi Calvin-Benson.
• Salah satu substansi penting dalam proses ini ialah senyawa gula beratom karbon lima yang terfosforilasi yaitu ribulosa fosfat.
• Jika diberikan gugus fosfat kedua dari ATP maka dihasilkan ribulosa difosfat (RDP). Ribulosa difosfat ini yang nantinya akan mengikat CO2 dalam reaksi gelap.
• Secara umum, reaksi gelap dapat dibagi menjadi tiga tahapan (fase), yaitu fiksasi, reduksi, dan regenerasi.


• Pada fase fiksasi, 6 molekul ribulosa difosfat mengikat 6 molekul CO2 dari udara dan membentuk 6 molekul beratom C6 yang tidak stabil
• 6 molekul beratom C6 yang tidak stabil itu kemudian pecah menjadi 12 molekul beratom C3 yang dikenal dengan 3-asam fosfogliserat (APG/PGA).
• Selanjutnya, 3-asam fosfogliserat ini mendapat tambahan 12 gugus fosfat, dan membentuk 1,3-bifosfogliserat (PGA 1.3 biphosphat).
• Kemudian, 1,3-bifosfogliserat masuk ke dalam fase reduksi, dimana senyawa ini direduksi oleh H+ dari NADPH, yang kemudian berubah menjadi NADP+, dan terbentuklah 12 molekul fosfogliseraldehid (PGAL) yang beratom 3C.
• Selanjutnya terjadi sintesa , 2 molekul fosfogliseraldehid melepaskan diri dan menyatukan diri menjadi 1 molekul glukosa yang beratom 6C (C6H12O6).
• 10 molekul fosfogliseraldehid yang tersisa kemudian masuk ke dalam fase regenerasi, yaitu pembentukan kembali ribulosa difosfat.(RDP/RuBP)
• Pada fase ini, 10 molekul fosfogliseraldehid berubah menjadi 6 molekul ribulosa fosfat. Jika mendapat tambahan gugus fosfat, maka ribulosa fosfat akan berubah menjadi ribulosa difosfat (RDP),
• RDP/RuBP kemudian kembali akan mengikat CO2 lagi , begitu setrusnya.
Reaksi gelap ini menghasilkan APG (asam fosfogliserat), ALPG (fosfogliseraldehid), RDP (ribulosa difosfat), dan glukosa (C6H12O6).
fisika gelombang bunyi

fisika

Minggu, 31 Oktober 2010


PROGRAM BEASISWA
Sebagai Institusi Pendidikan Tinggi yang menjalankan misi untuk menghasilkan lulusan yang “berakhlak tinggi, berkarakter luhur, mempunyai jiwa kepemimpinan, mampu dan mau membangun negara dan menjaga keutuhan bangsa”, sesuai dengan ketetapan senat ITB no. 22 tanggal 30 Oktober 1999, ITB menawarkan beberapa jenis beasiswa bagi para mahasiswanya, yang dikoordinasi oleh Lembaga Kemahasiswaan (LK) ITB. Tujuan dari pemberian beasiswa tersebut adalah :
  1. Mendorong kemajuan studi mahasiswa untuk dapat lulus tepat waktu,
  2. Mendorong meningkatkan prestasi mahasiswa baik dalam bidang akademik maupun non akademik,
  3. Penghargaan atas prestasi dan dedikasi pada pendidikannya,
  4. Menumbuhkan rasa kepedulian terhadap masyarakat umum.
Seorang mahasiswa ITB dapat menerima beasiswa karena kekurangmampuan ekonominya, atau prestasi yang diraihnya selama mengikuti pendidikan di ITB. Untuk jenis beasiswa ekonomi, mahasiswa pemohon beasiswa harus berasal dari keluarga yang kurang mampu, dengan melampirkan surat keterangan penghasilan orang tua atau wali yang disahkan oleh lembaga yang berwenang. Sedangkan jenis beasiswa ekonomi yang ditawarkan oleh ITB dapat berupa Beasiswa Biaya Hidup, Beasiswa Biaya Pendidikan (bebas BPP), Beasiswa Tugas Akhir, dan/atau Beasiswa Pondokan.
Selain itu, ITB juga memberikan Beasiswa Penghargaan. Beasiswa ini merupakan penghargaan ITB atas prestasi yang telah dicapai mahasiswa, baik prestasi kurikuler maupun prestasi ekstra dan kokurikuler. Beasiswa ini diberikan kepada lulusan TPB terbaik (10 mahasiswa), mahasiswa peraih Indeks Prestasi (IP) tertinggi (untuk setiap program studi, diberikan kepada 1 orang mahasiswa di tingkat 2 dan 1 orang mahasiswa di tingkat 3), mahasiswa berprestasi utama (mahasiswa dengan IPK > 3,0 dan berprestasi menonjol dalam kegiatan ekstrakurikuler /kokurikuler), dan Beasiswa Karya Ilmiah, bagi mahasiswa yang melakukan penelitian atau memiliki karya ilmiah/karya profesional.
Untuk dapat memperoleh beasiswa, ada beberapa persyaratan umum yang harus dipenuhi oleh mahasiswa pemohon beasiswa, yaitu :
  1. Mahasiswa ITB yang terdaftar pada semester yang sedang berjalan
  2. Tidak terkena kasus/sanksi akademik, maupun sanksi administrasi dari ITB
  3. Mengikuti prosedur yang berlaku di ITB
  4. Memenuhi persyaratan dan lolos seleksi penilaian
  5. Bersedia mengikuti ketentuan yang diminta oleh pemberi beasiswa
  6. Khusus untuk jenis beasiswa ekonomi, mahasiswa pemohon harus melampirkan surat keterangan tidak mampu, dilengkapi dengan surat keterangan penghasilan orang tua atau wali yang disahkan oleh lembaga yang berwenang
Pada pelaksanaan program KN-ITB 2011, serta PMBP-ITB 2011, baik di PMBP-ITB 2011 di Daerah maupun PMBP-ITB 2011 Terpusat, ITB menawarkan beberapa jenis beasiswa. Berikut ini adalah beberapa beasiswa yang ditawarkan ITB :
Beasiswa
Program
Jalur Uji
Tahun Ijazah
Calon Peserta
PMBP-ITB Terpusat
Sains & Teknik, Seni Rupa & Desain
2009, 2010, 2011
Pelajar Ekonomi Lemah, dengan penghasilan masing-masing orang tua tidak melebihi gaji PNS gol. II
PMBP-ITB di Daerah & PMBP-ITB Terpusat
Sains & Teknik, Seni Rupa & Desain, Bisnis & Manajemen
2011
Pelajar Berprestasi yang berasal dari keluarga golongan Ekonomi Lemah
KN-ITB,
PMBP-ITB di Daerah & PMBP-ITB Terpusat
Sains & Teknik, Seni Rupa dan Desain
2009, 2010, 2011
Peminat program studi tertentu yang kurang dikenal masyarakat, meskipun keahliannya sangat diperlukan di pasar kerja nasional maupun global, yaitu: Astronomi, Oseanografi, Meteorologi, Teknik Metalurgi, Teknik Fisika, Seni Rupa, dan Kriya
PMBP-ITB di Daerah & PMBP-ITB Terpusat
Sains & Teknik
2011
Peraih medali (min. perunggu tingkat nasional) di salah satu Olimpiade Keilmuan tk. Nasional, atau peserta Olimpiade Keilmuan tk. Nasional yang diundang untuk mengikuti PMBP-ITB
Bridging Program
Sains & Teknik
2011
Peraih medali  emas di salah satu Olimpiade Keilmuan tingkat Nasional yang bersedia mengikuti Bridging Program







 BIDIK MISI
Mulai tahun 2011, Departemen Pendidikan Nasional memberikan kesempatan bagi 20 ribu lulusan SMA/SMK/MA/MAK/Paket C tahun 2011 yang berprestasi dari keluarga kurang mampu secara ekonomi dan memiliki kemampuan akademik untuk melanjutkan ke perguruan tinggi melalui Program Beasiswa BIDIK MISI. Pada pelaksanaan PMBP-ITB 2011 di Daerah, ITB mengintegrasikan program beasiswa BIDIK MISI tersebut dengan program Beasiswa Biaya Pendidikan.
Persyaratan yang diperlukan untuk mendapatkan beasiswa BIDIK MISI 2011 di ITB:
  1. Siswa SMA/SMK/MA/MAK yang dijadwalkan lulus pada tahun 2011
  2. Berasal dari keluarga tidak mampu secara ekonomi
  3. Mempunyai prestasi akademik/kurikuler, ko-kurikuler maupun ekstra kurikuler.
  4. Lulus dari salah satu sistem seleksi mahasiswa baru ITB (PMBP-ITB dan/atau SNMPTN)
Beasiswa ini diberikan sejak sang mahasiswa dinyatakan diterima dan memulai kegiatan akademik di perguruan tinggi, sampai menyelesaikan semester 8 dengan ketentuan penerima beasiswa berstatus mahasiswa aktif.
Calon mahasiswa yang berminat dapat mengajukan lamaran sebagai calon peserta Beasiswa BIDIK MISI ke ITB, dengan memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah ditetapkan oleh ITB dan DEPDIKNAS RI.
Pada pelaksanaan program Beasiswa BIDIK MISI, ITB menawarkan fakultas/sekolah berikut :
  • Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA)
  • Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH)
  • Sekolah Farmasi (SF)
  • Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB)
  • Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan (FTTM)
  • Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI)
  • Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan (FTSL)
  • Fakultas Teknologi Industri (FTI)
  • Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD)
  • Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK)
  • Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD)
  • Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM)
catatan :
  • Sehubungan dengan telah terbitnya SK Rektor ITB no. 071/SK/K01/PP/2006, tertanggal 17 Maret 2006, tentang Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru ITB, maka secara resmi, setiap mahasiswa baru diterima menjadi mahasiswa fakultas/sekolah terlebih dahulu, sebelum akhirnya memilih salah satu program studi serumpun dalam fakultas/sekolah yang sama, pada awal tahun kedua.
  • Penempatan mahasiswa di salah satu program studi serumpun di fakultas/sekolah di ITB, dilakukan oleh ITB sebelum masa perkuliahan tahun kedua dilaksanakan, berdasarkan minat mahasiswa, kapasitas program studi yang bersangkutan, serta tergantung pada prestasi mahasiswa di tahun pertama perkuliahan, bila kapasitas program studi yang bersangkutan lebih kecil daripada jumlah mahasiswa yang memilih program studi tersebut. Kemungkinan bahwa seorang mahasiswa akhirnya dijuruskan pada program studi bukan pilihan utamanya dapat saja terjadi. Namun demikian karena pengelompokan program studi dalam suatu fakultas/sekolah didasarkan atas ekserumpunan dan kontekstualitas keilmuannya yang sama, maka perbedaan antara program studi yang satu dengan program studi yang lain dalam fakultas yang sama, tidak signifikan. ITB menyarankan agar calon mahasiswa mempelajari sistem penerimaan mahasiswa baru ini terlebih dahulu dan dapat membandingkannya dengan sistem yang diberlakukan di perguruan tinggi lainnya.
  • Sebagai informasi tambahan, pada kurikulum 2008, ITB mulai memperkenalkan mata kuliah Mayor dan mata kuliah Minor. Dengan demikian, mahasiswa dari suatu program studi dapat mengambil mata kuliah di program studi lainnya, dalam jumlah terbatas. Pendidikan di ITB lebih diarahkan pada pendidikan kesarjanaan yang memberikan penguasaan ilmu yang komprehensif disertai wawasan yang luas dibandingkan ke arah vokasional yang terfokus pada aplikasi suatu bidang keahlian saja.

BEASISWA EKONOMI LEMAH
Bagi calon peserta PMBP-ITB 2011 di Daerah yang berasal dari keluarga golongan ekonomi lemah, ITB memberikan subsidi, sehingga calon mahasiswa yang bersangkutan tidak dibebani biaya BPM, bila lulus dan dapat diterima sebagai mahasiswa ITB. Untuk mendapatkan subsidi BPM tersebut, calon peserta PMBP-ITB 2011 di Daerah harus memenuhi ketentuan-ketentuan berikut:
  • Peminat Beasiswa Ekonomi Lemah hanya dapat mengikuti PMBP-ITB 2011 Terpusat dan tidak diperkenankan mengikuti PMBP-ITB 2011 di Daerah.
  • Program  ini dibuka bagi peminat PMBP-ITB 2011 di Daerah yang merupakan:
    • Lulusan SMA IPA, bukan Ijazah persamaan, dengan tahun ijazah 2009, 2010 dan 2011, bagi peminat jalur ujian Sains dan Teknik.
    • Lulusan SMA/SMK, bukan Ijazah persamaan, dengan tahun ijazah 2009, 2010 dan 2011, bagi peminat jalur ujian Seni Rupa dan Desain
  • Mendaftarkan diri dengan melampirkan persyaratan ekonomi sebagai berikut:
Pekerjaan Orang Tua
Kelengkapan dokumen yang diperlukan
  1. PNS Gol. I dan Gol. II
  2. Guru (besar gaji kedua orang tua tidak melebihi gaji PNS gol. II)
  3. Anggota ABRI/POLRI setinggi-tingginya BINTARA
  1. Penghasilan masing-masing orang tua tidak melebihi gaji PNS gol. II
  2. Surat Keterangan Penghasilan kedua Orang Tua
  3. Surat Keputusan (SK) dari instansi tempat bekerja kedua Orang Tua
  4. Daftar Gaji Orang Tua terakhir
  5. Kartu Keluarga Orang Tua calon peserta PMBP-ITB
  6. KTP kedua Orang Tua calon peserta PMBP-ITB
  1. Pensiunan di atas
  2. Pensiunan PNS Gol III
  1. Penghasilan masing-masing orang tua tidak melebihi gaji PNS gol. II
  2. Surat Keterangan Penghasilan kedua Orang Tua
  3. Surat Keputusan (SK) pensiun Orang Tua sesuai status terakhir
  4. Kartu Keluarga dan KTP kedua Orang Tua calon peserta PMBP-ITB
  1. Berpenghasilan rendah (termasuk petani, nelayan, dll)
  1. Penghasilan masing-masing orang tua tidak melebihi gaji PNS gol. II
  2. Surat Keterangan Penghasilan kedua Orang Tua
  3. Keterangan Tidak Mampu dari RT/RW atas nama kedua Orang Tua
  4. Keterangan Tidak Mampu atas nama kedua Orang Tua dari Dinas Sosial Daerah setempat
  5. Kartu Keluarga Orang Tua calon peserta PMBP-ITB
  6. KTP kedua Orang Tua calon peserta PMBP-ITB

Kamis, 28 Oktober 2010

Gereja abad 21


PERKEMBANGAN GEREJA PADA  ABAD 21

A.      Munculnya Gereja Protestan dan Gereja-Gereja Lain

Gerakkan reformasi pertama terhadap Gereja Katolik, dimulai oleh Lollards dan Hussites, yang kemudian berubah menjadi ancaman serius terhadap supremasi Gereja Katolik, ketika pada tahun 1517, seorang Imam bernama Martin Luther menentang keras penjualan suarat pengampunan dosa oleh gereja. Dia juga menolak supremasi Paus, menyangkal substantiation, serta mendorong para bangsawan Jerman untuk memisahkan kekuasaan mereka. Dan bangswan yang selama ini terkekang oleh supremasi Paus, hanya butuh sedikit dorongan saja untuk kemudian memisahkan diri dari bayangbayang kekuasaan Paus. Banyak diantara para bangsawan ini yang lalu bergabung dengan Martin Luther. Disinilah awal bedirinya Gereja Protestan, sebagai tandingan terhadap Gereja Katolik.
GEREJA DALAM KONTEKS INDONESIA AWAL ABAD 21
Apabila kita memperhatikan keberadaan Indonesia dan Gereja
Masa kini, maka terdapat beberapa kenyataan yang jelas sebagai berikut:
1.  Berbeda dengan keberadaan Gereja “induk”nya yang terutama berasal dari kebudayaan Kristen Barat, Gereja di sini hadir dalam suatu konteks dimana mayoritas penduduknya bukan Kristen dan terdiri dari agama dan kepercayaan yang beragam.
2. Struktur kekuasaan Indonesia
baik dalam bidang politik, ekonomi, hukum, militer merupakan struktur yang korup, yang sedang dalam tahap awal permulaan reformasi.
3. Ketimpangan baik dalam kekuatan ekonomi maupun pendidikan dan informasi sangat beragam. Perbedaan antara pusat dan daerah sangat menyolok. Banyak masyarakat yang merasa tidak puas dengan pemerintah yang ada, hingga menimbulkan tanda-tanda adanya gejala disintegrasi.
4. Indonesia adalah suatu bangsa yang besar dan terdiri dari ribuan suku bangsa yang tersebar di ribuan pulau. Tak dapat disangkal bahwa adat-istiadat merupakan unsur yang berkembang kuat di antara suku-suku. Interaksi dengan roh-roh halus dalam praktek adat istiadat tersebut merupakan suatu kenyataan yang harus dihadapi oleh Gereja dalam pelayanannya.

GEREJA DI TENGAH ADAT DAN KEBUDAYAAN

Pembebasan yang dikerjakan Kristus tidak hanya
membebaskan umat manusia dari dosa (pribadi), dosa struktur
masyarakat, maut, tetapi juga membebaskan manusia dari kesewenangwenangan
setan dan kuasa lainnya. Pesan Paulus dalam Efesus 6:12-13
lebih menegaskan tentang hal ini. Dalam kaitan dengan ini terlihat banyak
sekali suku dan tiap suku memiliki upacara adatnya sendiri. Selain
melihat dan mensyukuri adanya estetika budaya dalam tiap adat, maka
penting sekali bagi Gereja juga bersikap kritis dan peka terhadap semua
praktek yang dilakukan. Adakah “kuasa-kuasa” roh yang diundang dan
bekerja di dalamnya? Adakah orang yang mengaku “Kristen” sungguh-sungguh
telah dilepaskan dari kuasa-kuasa itu?
Keberadaan Gereja di negara kita sering dihubungkan dengan negeri
Belanda yang kolonialis dan telah menyengsarakan bangsa ini selama
350 tahun, sehingga kesan antipati yang terus dihembuskan oleh pihak pihak
yang tidak senang dengan perkembangan kekristenan di sini
seharusnya memacu Gereja untuk lebih “mempribumi.” Apa yang
diusulkan Kraemer di atas yaitu bahwa Gereja perlu mengusahakan relasi
yang hidup dengan dunia (termasuk di dalamnya budaya) perlu kembali
ditegaskan di sini. Tentang pentingnya mendengarkan budaya sebelum membangun teologi
lokal, perlu dikemukakan di sini adalah untuk mempertahankan keterbukaan dan kepekaan yang diharapkan terhadap suatu situasi lokal, diusulkan agar cara penginjilan dan
pengembangan gereja yang berlaku haruslah berupa usaha menemukan
Kristus dalam situasi, ketimbang memusatkan perhatian pada usaha
membangun Kristus ke dalam situasi itu.
Apakah makna menemukan Kristus dalam situasi? Apakah yang
dilakukan oleh Paulus di Atena (Kis 17:22-28) dengan terlebih dahulu
memperhatikan dan mendengar budaya dan kepercayaan mereka (ay.
16-23) dan kemudian menegaskan bahwa Allah yang diberitakannya
adalah Allah yang tidak dikenal (ay. 24-34) merupakan contoh dari
menemukan Kristus dalam situasi? Hal ini perlu didiskusikan lebih lanjut.
Namun usulan untuk mendengarkan budaya ini memiliki tujuan yang
menurut penulis perlu diperhatikan: Pertama, identifikasi yang salah
tentang agama Kristen atau Kristus dengan Belanda/kolonialis/asing
dapat dihilangkan. Mereka dapat menemukan Kristus bukan sebagai
suatu sosok yang asing, tetapi merupakan sosok yang mereka temukan
dalam budaya mereka dan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan
budaya mereka dan dapat memenuhi dan memperkaya budaya mereka
Kedua, di tengah situasi bangsa dimana banyak suku yang merasa tidak
puas dengan proses pembangunan sekarang ini, penting sekali bagi Gereja
untuk memiliki sikap yang jelas yaitu mau mendengar dan mendampingi
mereka untuk mendapatkan kembali hak-hak yang selama ini terampas.
Ketiga, dengan mendengarkan mereka dapat dikembangkan teologi oleh
rakyat. Enrique Dussel20 mendefinisikannya sebagai suatu teologi yang
dilakukan oleh rakyat yang tertindas, oleh orang miskin, oleh yang
menderita. Hal tersebut merupakan praksi dalam cara yang populer,
mencerminkan pengalaman rakyat yang menjadi subyek dari produksi
teologis dan bukan menjadi obyek dari perluasan (ekstensi) teologi yang
bukan milik mereka (sekalipun teologi-teologi asing ini datang kepada
mereka dengan cara kerakyatan).
GEREJA MENGHADAPI KEMISKINAN DAN KEBODOHAN
Melihat fenomena yang terjadi di masyarakat akhir-akhir ini dengan
makin banyaknya pengemis/pengamen di jalan dan konflik horizontal
yang sering terjadi (baik antar pelajar atau antar suku/agama), maka jelas
inilah konteks negara kita yang perlu diperhatikan. Banyaknya penganggur
dan mudahnya orang dihasut dan diadudomba menggambarkan
kualitas warga masyarakat kita. Bagaimana seharusnya Gereja
yang menjadi wujud nyata “tubuh Kristus” menyapa konteks yang seperti
ini? Yang jelas Kristus sangat memperhatikan keberadaan orang-orang
yang miskin dan terlantar selama ia hidup di dunia (bdk. Mat 5:3; 9:35-
38). Jikalau kita memahami Gereja sebagai “tubuh Kristus,” yang
melaluinya Kristus hadir dan berkarya, maka teladan Yesus harus menjadi
nyata dalam kehidupan Gereja saat ini.
Apa yang dikemukakan oleh almarhum T. B. Simatupang dalam
Sidang Raya DGI tahun 1964 perlu menjadi catatan penting bagi peran
Gereja dalam menghadapi kemiskinan saat ini dan di masa mendatang.
Ia menyatakan:
Nasib kaum miskin, haruslah menjadi keprihatinan utama gereja-gereja
di Indonesia, dalam kerjasama dengan para penganut agama yang lain.
Injil adalah Kabar Baik untuk orang-orang miskin. Ini berarti tugas gereja
dalam pembangunan bukanlah semata-mata memperingan beban
penderitaan, tetapi pada saat yang sama menghapuskan ketidakadilan
yang menyebabkan penderitaan dalam masyarakat. Karenanya gereja
harus hadir bukan hanya dalam dunia mereka yang memperoleh
keuntungan dari pembangunan, melainkan juga (atau khususnya) di
tengah-tengah mereka yang menjadi korban pembangunan.
Pemikiran Simatupang tersebut telah terumus dengan tepat dan
kontekstual. Usulan agar mengajak kerjasama dengan agama lain
mungkin sesuatu yang masih belum lazim bagi Gereja. Namun mengingat
tuduhan yang sering dilontarkan bahwa usaha pelayanan sosial hanyalah
sebagai usaha “kristenisasi” maka kerjasama merupakan solusi yang baik.
Ada dua hal usaha yang perlu dilakukan bersama-sama dan menurut
penulis ini sama pentingnya dan sama mendesaknya bagi negara saat
ini. Usaha nyata dengan langsung menolong mereka yang miskin dan
usaha untuk mengubah struktur yang tidak adil, agar rakyat miskin dapat
memperoleh apa yang menjadi haknya sebagai warganegara yang
melimpah dengan kekayaan sumber alam ini. Gereja harus hadir dalam
usaha-usaha ini. Kehadiran Gereja dalam hal ini gaungnya akan lebih
nyaring terdengar dibanding dengan khotbah-khotbah yang sering hanya
merupakan retorika belaka.

Kamis, 14 Oktober 2010

Faculty of Industrial Engineering


Dalam dunia kerja, korelasi antara berbagai disiplin ilmu dituntut untuk tertata sedemikian rupa agar proses produksi dapat berjalan. Artinya, korelasi ini wajib ada dan tidak mungkin tidak ada. Proses produksi tidak dapat terlaksana jika hanya ada satu disiplin ilmu saja. Produksi di sini memiliki konteks menghasilkan barang atau jasa.
Tiga jurusan yang berada di bawah Fakultas Teknologi Industri, yaitu Teknik Industri, Teknik Kimia, dan Teknik Fisika merupakan tiga disiplin ilmu yang berperan penting dalam suatu proses produksi dan memiliki keterkaitan satu sama lain. Keterkaitan ketiganya tidak dilihat dari “di mana ahli ketiga teknik ini bekerja” namun “aspek keahlian apa yang dimiliki ahli ketiga teknik ini”.
Aspek yang menjadi bagian keahlian Teknik Industri adalah menjembatani antara sains dan teknik secara umum, antara teknik dengan sosial, dan antara pencapaian hasil produksi dengan efisiensi produksi. Seorang Teknik Industri dapat dikatakan memiliki wawasan yang lebih umum karena peranannya dalam mengelola berbagai disiplin ilmu agar tercapai proses produksi yang efisien dan tetap memperhatikan aspek sosial.
Teknik Kimia lebih terfokus pada bagian yang berhubungan dengan suatu proses kimia, biasanya berupa reaksi-reaksi kimia. Tugas seorang Teknik Kimia adalah mengusahakan agar suatu proses kimia dapat bernilai manfaat dan bernilai jual di lingkungan masyarakat, dengan memperhatikan faktor keamanan, kesehatan, dan efisiensi produksi proses tersebut.
Teknik Fisika berperan dalam menerjemahkan ilmu fisika ke dalam bentuk aplikasi teknik. Aspek yang menjadi bagian dari Teknik Fisika adalah instrumentasi dan kontrol, akustik, fisika bangunan, dan material. Kata kunci dari peranan Teknik Fisika adalah memenuhi kebutuhan fisis dalam suatu produksi agar dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan.
Ketiga Teknik ini akan lebih nyata keterkaitannya dalam suatu bentuk industri atau pabrik. Teknik Industri lebih berperan di wilayah pengelolaan organisasi, Teknik Kimia dalam proses kimia, dan Teknik Fisika dalam pemenuhan kebutuhan fisis.
Sumber : berbagai data perkuliahan Pengenalan Teknologi Industri ITB



3. PERAN PROFESI TEKNIK INDUSTRI DI MASA DEPAN
Begitu Luasnya ruang lingkup yang bisa dirambah untuk mengaplikasikan keilmuan teknik industri — walaupun begitu yang masih patut diingat kesemuanya harus tetap berlandaskan ilmu-ilmu fisika, matematika dan sosial-ekonomis — membawa persoalan sendiri bagi profesiona teknik industri (industrial engineer ) pada saat mereka harus menjelaskan secara tepat ” what should we do and where should we work?”.
Pertanyaan ini sebetulnya tidak mudah di jawab secara singkat, jelas dan memuaskan mereka yang masih awam dengan keilmuan teknik industri. Kenyataan yang sering dihadapi adalah bahwa seorang yang berlatar-belakang keilmuan teknik industri sering berada dan bekerja dimana-mana mulai dari lini operasional sampai ke lini manajerial. Seorang profesional teknik industri seringkali membanggakan kemampuan dirinya dalam hal merancang dan mengembangkan konsep-konsep yang berwawasan sistem dengan pendekatan yang bersifat komperhensif-integral. Pola pikir dan pola tindak yang berwawasan sistem inilah yang mungkin menjadi “strong basic” dari seorang profesional teknik industri dimasapun dia berada atau bekerja. Beberapa indifidu yang sukses didalam meningkatkan kinerja perusahaan merasakan betul bagaimana disiplin teknik industri telah mampu menjawab persoalan-persoalan yang dihadapinya. Herm Reininga — adalah President dari Collins Avionices and Comunications Division (CACD),— USA — adalah salah satu contoh manager yang sukses membawa seluruh aktifitas manufactuing CACD selama lebih dari satu dekade, karena latar belakang profesi teknik industri yang dimilikinya. Pada saat ditanyakan kiat kunci sukses yang diraihnya, Reininga menyatakan “…. The industrial engineering dagree gave me a system that the other didn’t have. It gave me the ability to statistically analzed products and processes” (Boggs,1997). Hal yang senada dengan Reininga juga dinyatakan oleh susan Story — Vice President dari Albama Power Co. — seorang yang berlatar belakang pendidikan formalnya sebagai nuclear engineer, tetapi merasakan bahwa sukses karier yang dicapainya lebih banyak ditunjang oleh keikutsertaanya didalam mengikuti “IE training ” pada berbagai kesempatan yang dimilikinya. Pada saat menceritakan kiat-kiat suksesnya , Story menyatakan antara lain ” … a background in industrial engieenering gives you a creadibility you can’t get otherwise. Industrial engineering combines the technical skill with the people skill and some business-type skills that proven to be important in project management and people management ….”(Boggs, 1996) Kiat-kiat meriah sukses didalam merintis karier seseorang karena ilmu-ilmu TI yang dikuasai, tentunya masih banyak lagi yang bisa diperoleh dari berbagai kisah meraih sukses seseorang. Hal tersebut tidak hanya dijumpai di LN, melainkan bisa juga bisa dipetik dari apa yang pernah dinyatakan oleh seorang Cacuk Sudariyanto — yang berlatar belakang pendidikan formalnya sebagai insinyur pertambangan ITB — pada saat mendongkrak kinerja PT. Telekomunikasi Indonesia bergerak ke arah bisnis global. Dalam pernyataanya didepan peserta kongres dan seminar ITSMI sekitara awal tahun 1990-an dan berbagai kesempatan lainnya, Cacuk menyatakan “kekagumannya” dengan ilmu-ilmu TI yang ternyata cukup efektif dalam memecahkan permasalahan manajemen industri. Begitu pula bagaimana seorang Kuntoro Mangkusubroto dengan latar belakang permasalahan yang kuat bidang operation research dan manajemen industri lainnya mampu melepaskan PT. Timah yang nyaris ambruk sampai menjadi sebuah perusahaan yang sehat. Meskipun pada saat itu orang belum mengenal konsep mengenai “reegineering” , akan tetapi apa yang telah dilakukan oleh kedua sarjana teknik tersebut betul-betul memberikan konstribusi nyata akan peranan disiplin dan profesi teknik indusri didalam “revitalisasi” kinerka perusahaan. Tantangan global yang membawa dampak kearah suasana persaingan yang lebih keras, tentu saja akan memberikan nuansa perubahan san pradigma baru yang harus mampu diantisipasi oleh seorang manajer perusahaan mulai dari lini produksi/operasional sampai ke lini penentu kebijaksanaan dan pengambil keputusan strategis. Menghadapi situasi semacam ini tentu saja diperlukan seorang majer industri yang memiliki bekal kuat yang tidak saja menguasai kemampuan-kemampuan teknis operasional (enginereering design/processes) ; tetapi juga harus menguasai dengan baik kemampuan mengenai persoalan manusia (human skill), selain juga kemampuan didalam memformulasikan da melahirkan konsep-konsep baru yang secara efektif-efisien bisa memberikan terobosan dalam memecahkan permasalahan industri yang semakin kompleks dan penuh dengan ketidakpastian.