Minggu, 31 Oktober 2010


PROGRAM BEASISWA
Sebagai Institusi Pendidikan Tinggi yang menjalankan misi untuk menghasilkan lulusan yang “berakhlak tinggi, berkarakter luhur, mempunyai jiwa kepemimpinan, mampu dan mau membangun negara dan menjaga keutuhan bangsa”, sesuai dengan ketetapan senat ITB no. 22 tanggal 30 Oktober 1999, ITB menawarkan beberapa jenis beasiswa bagi para mahasiswanya, yang dikoordinasi oleh Lembaga Kemahasiswaan (LK) ITB. Tujuan dari pemberian beasiswa tersebut adalah :
  1. Mendorong kemajuan studi mahasiswa untuk dapat lulus tepat waktu,
  2. Mendorong meningkatkan prestasi mahasiswa baik dalam bidang akademik maupun non akademik,
  3. Penghargaan atas prestasi dan dedikasi pada pendidikannya,
  4. Menumbuhkan rasa kepedulian terhadap masyarakat umum.
Seorang mahasiswa ITB dapat menerima beasiswa karena kekurangmampuan ekonominya, atau prestasi yang diraihnya selama mengikuti pendidikan di ITB. Untuk jenis beasiswa ekonomi, mahasiswa pemohon beasiswa harus berasal dari keluarga yang kurang mampu, dengan melampirkan surat keterangan penghasilan orang tua atau wali yang disahkan oleh lembaga yang berwenang. Sedangkan jenis beasiswa ekonomi yang ditawarkan oleh ITB dapat berupa Beasiswa Biaya Hidup, Beasiswa Biaya Pendidikan (bebas BPP), Beasiswa Tugas Akhir, dan/atau Beasiswa Pondokan.
Selain itu, ITB juga memberikan Beasiswa Penghargaan. Beasiswa ini merupakan penghargaan ITB atas prestasi yang telah dicapai mahasiswa, baik prestasi kurikuler maupun prestasi ekstra dan kokurikuler. Beasiswa ini diberikan kepada lulusan TPB terbaik (10 mahasiswa), mahasiswa peraih Indeks Prestasi (IP) tertinggi (untuk setiap program studi, diberikan kepada 1 orang mahasiswa di tingkat 2 dan 1 orang mahasiswa di tingkat 3), mahasiswa berprestasi utama (mahasiswa dengan IPK > 3,0 dan berprestasi menonjol dalam kegiatan ekstrakurikuler /kokurikuler), dan Beasiswa Karya Ilmiah, bagi mahasiswa yang melakukan penelitian atau memiliki karya ilmiah/karya profesional.
Untuk dapat memperoleh beasiswa, ada beberapa persyaratan umum yang harus dipenuhi oleh mahasiswa pemohon beasiswa, yaitu :
  1. Mahasiswa ITB yang terdaftar pada semester yang sedang berjalan
  2. Tidak terkena kasus/sanksi akademik, maupun sanksi administrasi dari ITB
  3. Mengikuti prosedur yang berlaku di ITB
  4. Memenuhi persyaratan dan lolos seleksi penilaian
  5. Bersedia mengikuti ketentuan yang diminta oleh pemberi beasiswa
  6. Khusus untuk jenis beasiswa ekonomi, mahasiswa pemohon harus melampirkan surat keterangan tidak mampu, dilengkapi dengan surat keterangan penghasilan orang tua atau wali yang disahkan oleh lembaga yang berwenang
Pada pelaksanaan program KN-ITB 2011, serta PMBP-ITB 2011, baik di PMBP-ITB 2011 di Daerah maupun PMBP-ITB 2011 Terpusat, ITB menawarkan beberapa jenis beasiswa. Berikut ini adalah beberapa beasiswa yang ditawarkan ITB :
Beasiswa
Program
Jalur Uji
Tahun Ijazah
Calon Peserta
PMBP-ITB Terpusat
Sains & Teknik, Seni Rupa & Desain
2009, 2010, 2011
Pelajar Ekonomi Lemah, dengan penghasilan masing-masing orang tua tidak melebihi gaji PNS gol. II
PMBP-ITB di Daerah & PMBP-ITB Terpusat
Sains & Teknik, Seni Rupa & Desain, Bisnis & Manajemen
2011
Pelajar Berprestasi yang berasal dari keluarga golongan Ekonomi Lemah
KN-ITB,
PMBP-ITB di Daerah & PMBP-ITB Terpusat
Sains & Teknik, Seni Rupa dan Desain
2009, 2010, 2011
Peminat program studi tertentu yang kurang dikenal masyarakat, meskipun keahliannya sangat diperlukan di pasar kerja nasional maupun global, yaitu: Astronomi, Oseanografi, Meteorologi, Teknik Metalurgi, Teknik Fisika, Seni Rupa, dan Kriya
PMBP-ITB di Daerah & PMBP-ITB Terpusat
Sains & Teknik
2011
Peraih medali (min. perunggu tingkat nasional) di salah satu Olimpiade Keilmuan tk. Nasional, atau peserta Olimpiade Keilmuan tk. Nasional yang diundang untuk mengikuti PMBP-ITB
Bridging Program
Sains & Teknik
2011
Peraih medali  emas di salah satu Olimpiade Keilmuan tingkat Nasional yang bersedia mengikuti Bridging Program







 BIDIK MISI
Mulai tahun 2011, Departemen Pendidikan Nasional memberikan kesempatan bagi 20 ribu lulusan SMA/SMK/MA/MAK/Paket C tahun 2011 yang berprestasi dari keluarga kurang mampu secara ekonomi dan memiliki kemampuan akademik untuk melanjutkan ke perguruan tinggi melalui Program Beasiswa BIDIK MISI. Pada pelaksanaan PMBP-ITB 2011 di Daerah, ITB mengintegrasikan program beasiswa BIDIK MISI tersebut dengan program Beasiswa Biaya Pendidikan.
Persyaratan yang diperlukan untuk mendapatkan beasiswa BIDIK MISI 2011 di ITB:
  1. Siswa SMA/SMK/MA/MAK yang dijadwalkan lulus pada tahun 2011
  2. Berasal dari keluarga tidak mampu secara ekonomi
  3. Mempunyai prestasi akademik/kurikuler, ko-kurikuler maupun ekstra kurikuler.
  4. Lulus dari salah satu sistem seleksi mahasiswa baru ITB (PMBP-ITB dan/atau SNMPTN)
Beasiswa ini diberikan sejak sang mahasiswa dinyatakan diterima dan memulai kegiatan akademik di perguruan tinggi, sampai menyelesaikan semester 8 dengan ketentuan penerima beasiswa berstatus mahasiswa aktif.
Calon mahasiswa yang berminat dapat mengajukan lamaran sebagai calon peserta Beasiswa BIDIK MISI ke ITB, dengan memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah ditetapkan oleh ITB dan DEPDIKNAS RI.
Pada pelaksanaan program Beasiswa BIDIK MISI, ITB menawarkan fakultas/sekolah berikut :
  • Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA)
  • Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH)
  • Sekolah Farmasi (SF)
  • Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB)
  • Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan (FTTM)
  • Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI)
  • Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan (FTSL)
  • Fakultas Teknologi Industri (FTI)
  • Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD)
  • Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK)
  • Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD)
  • Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM)
catatan :
  • Sehubungan dengan telah terbitnya SK Rektor ITB no. 071/SK/K01/PP/2006, tertanggal 17 Maret 2006, tentang Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru ITB, maka secara resmi, setiap mahasiswa baru diterima menjadi mahasiswa fakultas/sekolah terlebih dahulu, sebelum akhirnya memilih salah satu program studi serumpun dalam fakultas/sekolah yang sama, pada awal tahun kedua.
  • Penempatan mahasiswa di salah satu program studi serumpun di fakultas/sekolah di ITB, dilakukan oleh ITB sebelum masa perkuliahan tahun kedua dilaksanakan, berdasarkan minat mahasiswa, kapasitas program studi yang bersangkutan, serta tergantung pada prestasi mahasiswa di tahun pertama perkuliahan, bila kapasitas program studi yang bersangkutan lebih kecil daripada jumlah mahasiswa yang memilih program studi tersebut. Kemungkinan bahwa seorang mahasiswa akhirnya dijuruskan pada program studi bukan pilihan utamanya dapat saja terjadi. Namun demikian karena pengelompokan program studi dalam suatu fakultas/sekolah didasarkan atas ekserumpunan dan kontekstualitas keilmuannya yang sama, maka perbedaan antara program studi yang satu dengan program studi yang lain dalam fakultas yang sama, tidak signifikan. ITB menyarankan agar calon mahasiswa mempelajari sistem penerimaan mahasiswa baru ini terlebih dahulu dan dapat membandingkannya dengan sistem yang diberlakukan di perguruan tinggi lainnya.
  • Sebagai informasi tambahan, pada kurikulum 2008, ITB mulai memperkenalkan mata kuliah Mayor dan mata kuliah Minor. Dengan demikian, mahasiswa dari suatu program studi dapat mengambil mata kuliah di program studi lainnya, dalam jumlah terbatas. Pendidikan di ITB lebih diarahkan pada pendidikan kesarjanaan yang memberikan penguasaan ilmu yang komprehensif disertai wawasan yang luas dibandingkan ke arah vokasional yang terfokus pada aplikasi suatu bidang keahlian saja.

BEASISWA EKONOMI LEMAH
Bagi calon peserta PMBP-ITB 2011 di Daerah yang berasal dari keluarga golongan ekonomi lemah, ITB memberikan subsidi, sehingga calon mahasiswa yang bersangkutan tidak dibebani biaya BPM, bila lulus dan dapat diterima sebagai mahasiswa ITB. Untuk mendapatkan subsidi BPM tersebut, calon peserta PMBP-ITB 2011 di Daerah harus memenuhi ketentuan-ketentuan berikut:
  • Peminat Beasiswa Ekonomi Lemah hanya dapat mengikuti PMBP-ITB 2011 Terpusat dan tidak diperkenankan mengikuti PMBP-ITB 2011 di Daerah.
  • Program  ini dibuka bagi peminat PMBP-ITB 2011 di Daerah yang merupakan:
    • Lulusan SMA IPA, bukan Ijazah persamaan, dengan tahun ijazah 2009, 2010 dan 2011, bagi peminat jalur ujian Sains dan Teknik.
    • Lulusan SMA/SMK, bukan Ijazah persamaan, dengan tahun ijazah 2009, 2010 dan 2011, bagi peminat jalur ujian Seni Rupa dan Desain
  • Mendaftarkan diri dengan melampirkan persyaratan ekonomi sebagai berikut:
Pekerjaan Orang Tua
Kelengkapan dokumen yang diperlukan
  1. PNS Gol. I dan Gol. II
  2. Guru (besar gaji kedua orang tua tidak melebihi gaji PNS gol. II)
  3. Anggota ABRI/POLRI setinggi-tingginya BINTARA
  1. Penghasilan masing-masing orang tua tidak melebihi gaji PNS gol. II
  2. Surat Keterangan Penghasilan kedua Orang Tua
  3. Surat Keputusan (SK) dari instansi tempat bekerja kedua Orang Tua
  4. Daftar Gaji Orang Tua terakhir
  5. Kartu Keluarga Orang Tua calon peserta PMBP-ITB
  6. KTP kedua Orang Tua calon peserta PMBP-ITB
  1. Pensiunan di atas
  2. Pensiunan PNS Gol III
  1. Penghasilan masing-masing orang tua tidak melebihi gaji PNS gol. II
  2. Surat Keterangan Penghasilan kedua Orang Tua
  3. Surat Keputusan (SK) pensiun Orang Tua sesuai status terakhir
  4. Kartu Keluarga dan KTP kedua Orang Tua calon peserta PMBP-ITB
  1. Berpenghasilan rendah (termasuk petani, nelayan, dll)
  1. Penghasilan masing-masing orang tua tidak melebihi gaji PNS gol. II
  2. Surat Keterangan Penghasilan kedua Orang Tua
  3. Keterangan Tidak Mampu dari RT/RW atas nama kedua Orang Tua
  4. Keterangan Tidak Mampu atas nama kedua Orang Tua dari Dinas Sosial Daerah setempat
  5. Kartu Keluarga Orang Tua calon peserta PMBP-ITB
  6. KTP kedua Orang Tua calon peserta PMBP-ITB

Kamis, 28 Oktober 2010

Gereja abad 21


PERKEMBANGAN GEREJA PADA  ABAD 21

A.      Munculnya Gereja Protestan dan Gereja-Gereja Lain

Gerakkan reformasi pertama terhadap Gereja Katolik, dimulai oleh Lollards dan Hussites, yang kemudian berubah menjadi ancaman serius terhadap supremasi Gereja Katolik, ketika pada tahun 1517, seorang Imam bernama Martin Luther menentang keras penjualan suarat pengampunan dosa oleh gereja. Dia juga menolak supremasi Paus, menyangkal substantiation, serta mendorong para bangsawan Jerman untuk memisahkan kekuasaan mereka. Dan bangswan yang selama ini terkekang oleh supremasi Paus, hanya butuh sedikit dorongan saja untuk kemudian memisahkan diri dari bayangbayang kekuasaan Paus. Banyak diantara para bangsawan ini yang lalu bergabung dengan Martin Luther. Disinilah awal bedirinya Gereja Protestan, sebagai tandingan terhadap Gereja Katolik.
GEREJA DALAM KONTEKS INDONESIA AWAL ABAD 21
Apabila kita memperhatikan keberadaan Indonesia dan Gereja
Masa kini, maka terdapat beberapa kenyataan yang jelas sebagai berikut:
1.  Berbeda dengan keberadaan Gereja “induk”nya yang terutama berasal dari kebudayaan Kristen Barat, Gereja di sini hadir dalam suatu konteks dimana mayoritas penduduknya bukan Kristen dan terdiri dari agama dan kepercayaan yang beragam.
2. Struktur kekuasaan Indonesia
baik dalam bidang politik, ekonomi, hukum, militer merupakan struktur yang korup, yang sedang dalam tahap awal permulaan reformasi.
3. Ketimpangan baik dalam kekuatan ekonomi maupun pendidikan dan informasi sangat beragam. Perbedaan antara pusat dan daerah sangat menyolok. Banyak masyarakat yang merasa tidak puas dengan pemerintah yang ada, hingga menimbulkan tanda-tanda adanya gejala disintegrasi.
4. Indonesia adalah suatu bangsa yang besar dan terdiri dari ribuan suku bangsa yang tersebar di ribuan pulau. Tak dapat disangkal bahwa adat-istiadat merupakan unsur yang berkembang kuat di antara suku-suku. Interaksi dengan roh-roh halus dalam praktek adat istiadat tersebut merupakan suatu kenyataan yang harus dihadapi oleh Gereja dalam pelayanannya.

GEREJA DI TENGAH ADAT DAN KEBUDAYAAN

Pembebasan yang dikerjakan Kristus tidak hanya
membebaskan umat manusia dari dosa (pribadi), dosa struktur
masyarakat, maut, tetapi juga membebaskan manusia dari kesewenangwenangan
setan dan kuasa lainnya. Pesan Paulus dalam Efesus 6:12-13
lebih menegaskan tentang hal ini. Dalam kaitan dengan ini terlihat banyak
sekali suku dan tiap suku memiliki upacara adatnya sendiri. Selain
melihat dan mensyukuri adanya estetika budaya dalam tiap adat, maka
penting sekali bagi Gereja juga bersikap kritis dan peka terhadap semua
praktek yang dilakukan. Adakah “kuasa-kuasa” roh yang diundang dan
bekerja di dalamnya? Adakah orang yang mengaku “Kristen” sungguh-sungguh
telah dilepaskan dari kuasa-kuasa itu?
Keberadaan Gereja di negara kita sering dihubungkan dengan negeri
Belanda yang kolonialis dan telah menyengsarakan bangsa ini selama
350 tahun, sehingga kesan antipati yang terus dihembuskan oleh pihak pihak
yang tidak senang dengan perkembangan kekristenan di sini
seharusnya memacu Gereja untuk lebih “mempribumi.” Apa yang
diusulkan Kraemer di atas yaitu bahwa Gereja perlu mengusahakan relasi
yang hidup dengan dunia (termasuk di dalamnya budaya) perlu kembali
ditegaskan di sini. Tentang pentingnya mendengarkan budaya sebelum membangun teologi
lokal, perlu dikemukakan di sini adalah untuk mempertahankan keterbukaan dan kepekaan yang diharapkan terhadap suatu situasi lokal, diusulkan agar cara penginjilan dan
pengembangan gereja yang berlaku haruslah berupa usaha menemukan
Kristus dalam situasi, ketimbang memusatkan perhatian pada usaha
membangun Kristus ke dalam situasi itu.
Apakah makna menemukan Kristus dalam situasi? Apakah yang
dilakukan oleh Paulus di Atena (Kis 17:22-28) dengan terlebih dahulu
memperhatikan dan mendengar budaya dan kepercayaan mereka (ay.
16-23) dan kemudian menegaskan bahwa Allah yang diberitakannya
adalah Allah yang tidak dikenal (ay. 24-34) merupakan contoh dari
menemukan Kristus dalam situasi? Hal ini perlu didiskusikan lebih lanjut.
Namun usulan untuk mendengarkan budaya ini memiliki tujuan yang
menurut penulis perlu diperhatikan: Pertama, identifikasi yang salah
tentang agama Kristen atau Kristus dengan Belanda/kolonialis/asing
dapat dihilangkan. Mereka dapat menemukan Kristus bukan sebagai
suatu sosok yang asing, tetapi merupakan sosok yang mereka temukan
dalam budaya mereka dan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan
budaya mereka dan dapat memenuhi dan memperkaya budaya mereka
Kedua, di tengah situasi bangsa dimana banyak suku yang merasa tidak
puas dengan proses pembangunan sekarang ini, penting sekali bagi Gereja
untuk memiliki sikap yang jelas yaitu mau mendengar dan mendampingi
mereka untuk mendapatkan kembali hak-hak yang selama ini terampas.
Ketiga, dengan mendengarkan mereka dapat dikembangkan teologi oleh
rakyat. Enrique Dussel20 mendefinisikannya sebagai suatu teologi yang
dilakukan oleh rakyat yang tertindas, oleh orang miskin, oleh yang
menderita. Hal tersebut merupakan praksi dalam cara yang populer,
mencerminkan pengalaman rakyat yang menjadi subyek dari produksi
teologis dan bukan menjadi obyek dari perluasan (ekstensi) teologi yang
bukan milik mereka (sekalipun teologi-teologi asing ini datang kepada
mereka dengan cara kerakyatan).
GEREJA MENGHADAPI KEMISKINAN DAN KEBODOHAN
Melihat fenomena yang terjadi di masyarakat akhir-akhir ini dengan
makin banyaknya pengemis/pengamen di jalan dan konflik horizontal
yang sering terjadi (baik antar pelajar atau antar suku/agama), maka jelas
inilah konteks negara kita yang perlu diperhatikan. Banyaknya penganggur
dan mudahnya orang dihasut dan diadudomba menggambarkan
kualitas warga masyarakat kita. Bagaimana seharusnya Gereja
yang menjadi wujud nyata “tubuh Kristus” menyapa konteks yang seperti
ini? Yang jelas Kristus sangat memperhatikan keberadaan orang-orang
yang miskin dan terlantar selama ia hidup di dunia (bdk. Mat 5:3; 9:35-
38). Jikalau kita memahami Gereja sebagai “tubuh Kristus,” yang
melaluinya Kristus hadir dan berkarya, maka teladan Yesus harus menjadi
nyata dalam kehidupan Gereja saat ini.
Apa yang dikemukakan oleh almarhum T. B. Simatupang dalam
Sidang Raya DGI tahun 1964 perlu menjadi catatan penting bagi peran
Gereja dalam menghadapi kemiskinan saat ini dan di masa mendatang.
Ia menyatakan:
Nasib kaum miskin, haruslah menjadi keprihatinan utama gereja-gereja
di Indonesia, dalam kerjasama dengan para penganut agama yang lain.
Injil adalah Kabar Baik untuk orang-orang miskin. Ini berarti tugas gereja
dalam pembangunan bukanlah semata-mata memperingan beban
penderitaan, tetapi pada saat yang sama menghapuskan ketidakadilan
yang menyebabkan penderitaan dalam masyarakat. Karenanya gereja
harus hadir bukan hanya dalam dunia mereka yang memperoleh
keuntungan dari pembangunan, melainkan juga (atau khususnya) di
tengah-tengah mereka yang menjadi korban pembangunan.
Pemikiran Simatupang tersebut telah terumus dengan tepat dan
kontekstual. Usulan agar mengajak kerjasama dengan agama lain
mungkin sesuatu yang masih belum lazim bagi Gereja. Namun mengingat
tuduhan yang sering dilontarkan bahwa usaha pelayanan sosial hanyalah
sebagai usaha “kristenisasi” maka kerjasama merupakan solusi yang baik.
Ada dua hal usaha yang perlu dilakukan bersama-sama dan menurut
penulis ini sama pentingnya dan sama mendesaknya bagi negara saat
ini. Usaha nyata dengan langsung menolong mereka yang miskin dan
usaha untuk mengubah struktur yang tidak adil, agar rakyat miskin dapat
memperoleh apa yang menjadi haknya sebagai warganegara yang
melimpah dengan kekayaan sumber alam ini. Gereja harus hadir dalam
usaha-usaha ini. Kehadiran Gereja dalam hal ini gaungnya akan lebih
nyaring terdengar dibanding dengan khotbah-khotbah yang sering hanya
merupakan retorika belaka.

Kamis, 14 Oktober 2010

Faculty of Industrial Engineering


Dalam dunia kerja, korelasi antara berbagai disiplin ilmu dituntut untuk tertata sedemikian rupa agar proses produksi dapat berjalan. Artinya, korelasi ini wajib ada dan tidak mungkin tidak ada. Proses produksi tidak dapat terlaksana jika hanya ada satu disiplin ilmu saja. Produksi di sini memiliki konteks menghasilkan barang atau jasa.
Tiga jurusan yang berada di bawah Fakultas Teknologi Industri, yaitu Teknik Industri, Teknik Kimia, dan Teknik Fisika merupakan tiga disiplin ilmu yang berperan penting dalam suatu proses produksi dan memiliki keterkaitan satu sama lain. Keterkaitan ketiganya tidak dilihat dari “di mana ahli ketiga teknik ini bekerja” namun “aspek keahlian apa yang dimiliki ahli ketiga teknik ini”.
Aspek yang menjadi bagian keahlian Teknik Industri adalah menjembatani antara sains dan teknik secara umum, antara teknik dengan sosial, dan antara pencapaian hasil produksi dengan efisiensi produksi. Seorang Teknik Industri dapat dikatakan memiliki wawasan yang lebih umum karena peranannya dalam mengelola berbagai disiplin ilmu agar tercapai proses produksi yang efisien dan tetap memperhatikan aspek sosial.
Teknik Kimia lebih terfokus pada bagian yang berhubungan dengan suatu proses kimia, biasanya berupa reaksi-reaksi kimia. Tugas seorang Teknik Kimia adalah mengusahakan agar suatu proses kimia dapat bernilai manfaat dan bernilai jual di lingkungan masyarakat, dengan memperhatikan faktor keamanan, kesehatan, dan efisiensi produksi proses tersebut.
Teknik Fisika berperan dalam menerjemahkan ilmu fisika ke dalam bentuk aplikasi teknik. Aspek yang menjadi bagian dari Teknik Fisika adalah instrumentasi dan kontrol, akustik, fisika bangunan, dan material. Kata kunci dari peranan Teknik Fisika adalah memenuhi kebutuhan fisis dalam suatu produksi agar dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan.
Ketiga Teknik ini akan lebih nyata keterkaitannya dalam suatu bentuk industri atau pabrik. Teknik Industri lebih berperan di wilayah pengelolaan organisasi, Teknik Kimia dalam proses kimia, dan Teknik Fisika dalam pemenuhan kebutuhan fisis.
Sumber : berbagai data perkuliahan Pengenalan Teknologi Industri ITB



3. PERAN PROFESI TEKNIK INDUSTRI DI MASA DEPAN
Begitu Luasnya ruang lingkup yang bisa dirambah untuk mengaplikasikan keilmuan teknik industri — walaupun begitu yang masih patut diingat kesemuanya harus tetap berlandaskan ilmu-ilmu fisika, matematika dan sosial-ekonomis — membawa persoalan sendiri bagi profesiona teknik industri (industrial engineer ) pada saat mereka harus menjelaskan secara tepat ” what should we do and where should we work?”.
Pertanyaan ini sebetulnya tidak mudah di jawab secara singkat, jelas dan memuaskan mereka yang masih awam dengan keilmuan teknik industri. Kenyataan yang sering dihadapi adalah bahwa seorang yang berlatar-belakang keilmuan teknik industri sering berada dan bekerja dimana-mana mulai dari lini operasional sampai ke lini manajerial. Seorang profesional teknik industri seringkali membanggakan kemampuan dirinya dalam hal merancang dan mengembangkan konsep-konsep yang berwawasan sistem dengan pendekatan yang bersifat komperhensif-integral. Pola pikir dan pola tindak yang berwawasan sistem inilah yang mungkin menjadi “strong basic” dari seorang profesional teknik industri dimasapun dia berada atau bekerja. Beberapa indifidu yang sukses didalam meningkatkan kinerja perusahaan merasakan betul bagaimana disiplin teknik industri telah mampu menjawab persoalan-persoalan yang dihadapinya. Herm Reininga — adalah President dari Collins Avionices and Comunications Division (CACD),— USA — adalah salah satu contoh manager yang sukses membawa seluruh aktifitas manufactuing CACD selama lebih dari satu dekade, karena latar belakang profesi teknik industri yang dimilikinya. Pada saat ditanyakan kiat kunci sukses yang diraihnya, Reininga menyatakan “…. The industrial engineering dagree gave me a system that the other didn’t have. It gave me the ability to statistically analzed products and processes” (Boggs,1997). Hal yang senada dengan Reininga juga dinyatakan oleh susan Story — Vice President dari Albama Power Co. — seorang yang berlatar belakang pendidikan formalnya sebagai nuclear engineer, tetapi merasakan bahwa sukses karier yang dicapainya lebih banyak ditunjang oleh keikutsertaanya didalam mengikuti “IE training ” pada berbagai kesempatan yang dimilikinya. Pada saat menceritakan kiat-kiat suksesnya , Story menyatakan antara lain ” … a background in industrial engieenering gives you a creadibility you can’t get otherwise. Industrial engineering combines the technical skill with the people skill and some business-type skills that proven to be important in project management and people management ….”(Boggs, 1996) Kiat-kiat meriah sukses didalam merintis karier seseorang karena ilmu-ilmu TI yang dikuasai, tentunya masih banyak lagi yang bisa diperoleh dari berbagai kisah meraih sukses seseorang. Hal tersebut tidak hanya dijumpai di LN, melainkan bisa juga bisa dipetik dari apa yang pernah dinyatakan oleh seorang Cacuk Sudariyanto — yang berlatar belakang pendidikan formalnya sebagai insinyur pertambangan ITB — pada saat mendongkrak kinerja PT. Telekomunikasi Indonesia bergerak ke arah bisnis global. Dalam pernyataanya didepan peserta kongres dan seminar ITSMI sekitara awal tahun 1990-an dan berbagai kesempatan lainnya, Cacuk menyatakan “kekagumannya” dengan ilmu-ilmu TI yang ternyata cukup efektif dalam memecahkan permasalahan manajemen industri. Begitu pula bagaimana seorang Kuntoro Mangkusubroto dengan latar belakang permasalahan yang kuat bidang operation research dan manajemen industri lainnya mampu melepaskan PT. Timah yang nyaris ambruk sampai menjadi sebuah perusahaan yang sehat. Meskipun pada saat itu orang belum mengenal konsep mengenai “reegineering” , akan tetapi apa yang telah dilakukan oleh kedua sarjana teknik tersebut betul-betul memberikan konstribusi nyata akan peranan disiplin dan profesi teknik indusri didalam “revitalisasi” kinerka perusahaan. Tantangan global yang membawa dampak kearah suasana persaingan yang lebih keras, tentu saja akan memberikan nuansa perubahan san pradigma baru yang harus mampu diantisipasi oleh seorang manajer perusahaan mulai dari lini produksi/operasional sampai ke lini penentu kebijaksanaan dan pengambil keputusan strategis. Menghadapi situasi semacam ini tentu saja diperlukan seorang majer industri yang memiliki bekal kuat yang tidak saja menguasai kemampuan-kemampuan teknis operasional (enginereering design/processes) ; tetapi juga harus menguasai dengan baik kemampuan mengenai persoalan manusia (human skill), selain juga kemampuan didalam memformulasikan da melahirkan konsep-konsep baru yang secara efektif-efisien bisa memberikan terobosan dalam memecahkan permasalahan industri yang semakin kompleks dan penuh dengan ketidakpastian.